-->
https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Paku Nempel Di Dalam Telapak Kaki

Jumat, 25 Januari 2019


Semua cerita yang memunculkan judul ini bermula pada saat try out di kelas 3 saat SMP sekitar bulan Maret 2017. Pada waktu itu saya lupa hari apa, pagi-pagi saya bangun dan langsung menuju ke belakang rumah untuk mandi. Sebelum menuju kamar mandi, saya mengambil pakaian di tempat jemuran dekat dapur. Disinilah awal semua itu terjadi.

Tempat jemuran tersebut ada di belakang rumah saya dengan permukaan tanah tanpa adanya semen. Juga disitu terdapat banyak kayu yang biasa dipakai untuk memasak jika gas elpiji habis. Kayu tersebut ada kayu yang diambil langsung dari pohon, dan ada juga yang dari bekas bangunan atau notabene memiliki paku yang masih menancap. Semua kondisi tersebut bercampur menjadi satu, dan reka adegannya mungkin seperti ini.

Perhatian : Cerita ini mengandung unsur yang sensitif (18+)

Saya mencoba mengambil pakaian tanpa memiliki firasat apapun. Namun mungkin karena mata masih ngantuk dan saya tidak melihat situasi dibawah kaki, akhirnya paku tersebut nempel di dalam telapak kaki, yang berarti... SAYA NGINJEK PAKU!!!. Saya kaget, saat mengangkat kaki ternyata sudah ada darah di telapak kaki. Dan sendal saya bolong dari bawah hingga atas, padahal sendal saya tersebut adalah sendal Raffila yang notabene cukup tebal. Barulah saya sadar, bahwa saya menginjak paku.

Saat melihat tersebut, saya mencoba untuk tenang diatas kekagetan. Kemudian saya kembali ke dapur untuk memberi tahu orang tua yang kemudian membersihkan darah yang ada. Saya sebenarnya sangat khawatir dengan kondisi tersebut, tetapi saya mencoba untuk tetap mandi dan berangkat sekolah.  Karena kondisi tersebut saya berangkat ke SMP Negeri 1 Way Jepara tidak seperti biasanya yang menaiki sepeda dan memakai sepatu, tetapi diantarkan bapak saya dan memakai sendal. Ironisnya, sendal yang saya pakai adalah sendal Raffila yang menjadi saksi bisu dalam tragedi paku nempel di dalam telapak kaki.

Sesampai di kelas 9.1, saya mengerjakan soal try out dengan telapak kaki yang hanya ditutupi hansaplast. Kampretnya, darah dari telapak kaki tersebut terus mengalir yang akibatnya saya harus membersihkannya agar tidak mengotori lantai dengan kertas!! Ya, kertas... Memang beginilah murid yang gak mau menggangu kegiatan sekolah. Setelah selesai try out, saya meminta teman saya febri biasa dipanggil kebet (jangan tanya saya kenapa dipanggil begitu, karena sampai saat ini pun saya masih gak tau kenapa dipanggil begitu) untuk mengantarkan pulang ke rumah. Niat awal cepet-cepet pulang jadi gagal, karena si kampret ini malah ke lapangan merdeka dulu yang lagi ada acara.

Sesampai di rumah, sepertinya rasa sakit di kaki ini semakin bertambah. Kemudian ibu saya menganjurkan untuk pergi ke puskesmas. Mendengar hal itu saya takut bukan main dan menolaknya. Tetapi ibu saya terus menasehati agar saya mau ke puskesmas supaya cepat sembuh juga. Lalu dengan berat hati diiringi rasa takut, saya nangis (kampret, saya berasa kayak bencong). Tapi jika dipikir-pikir lagi bagi saya itu wajar, soalnya imajinasi waktu itu udah kemana-mana sih. Imajinasi tergila saya adalah, saya takut kaki saya bakal diamputasi!! Karena saat ibu saya menyuruh ke puskesmas, ia terus menggembor-gemborkan perihal :

"Ke puskesmas aja ngga, dianterin bapak. Nanti dicek disana, soalnya kan tadi pakunya agak karatan gitu..."

Kita ulangi... "P A K U N Y A A G A K K A R A T A N G I T U..." Anak manusia mana coba yang gak takut di bilang begitu. Mau gak mau juga saya harus ke puskesmas, meskipun diiringi imajinasi gila saya seperti tadi.

Sesampainya disana, ternyata saya  diharuskan membeli obat sebagai syarat untuk dilakukannya pengecekan. Tetapi kampretnya lagi, ternyata obat tersebut tidak memberikan dampak ke tubuh saya. Raiblah uang hanya untuk obat yang tidak berguna. Kemudian, tibalah saat saat pengecekan.

Saat pengecekan saya pasrah kepada Tuhan, dan perlahan mulai dibersihkan darah dalam kaki saya. Saya bertanya ke bapak saya, diapakan kaki saya ini yang jawabannya membuat saya sangat nyeri. "Kakimu diubek-ubek gitu dalemnya". Kampret bener memang, saat pembersihan darah tersebut rasanya itu layaknya saya akan melahirkan seorang bayi manusia!! Walaupun saya belum pernah dan gak bakal pernah melahirkan bayi manusia, yang jelas rasanya itu sangat sakit dan nyeri banget. Setelah pembersihan ini selesai, saya kembali ke rumah yang ternyata perjalanan tentang sakit ini masih belum usai.

Sesampai di rumah, mulai bereaksi lah efek dari suntikan bius. Saya nangis lagi (oke, sekarang saya bener-bener kayak bencong). Rasanya gak jauh beda sama reaksi bius setelah disunat. Dan saya pikir gak usah dibayangin ya khususnya tentang sunat. Setelah reaksi itu selesai, saya kembali menjalani kehidupan seperti biasa disertai minum obat dan jalan pincang.

Puji Tuhan, setelah beberapa Minggu menjadi penyandang disabilitas sementara akhirnya kaki saya dapat sembuh. Anehnya setelah sembuh, saya merasa bangga pernah nginjek paku. Karena di telapak kaki saya ada bekas injakan paku yang membuat garis bulat di antara garis asli di telapak kaki. Dan saya pikir itu keren. Namun satu hal yang lebih penting dari semua itu adalah imajinasi gila tentang kaki saya diamputasi, tidak terjadi.

  1. "JUDI POKER | TOGEL ONLINE | TEMBAK IKAN | CASINO | JUDI BOLA / SBOBET | SEMUA LENGKAP HANYA DI : WWW.DEWALOTTO.ME
    DAFTAR DAN BERMAIN BERSAMA 1 ID BISA MAIN SEMUA GAMES YUKK>> pin BB : 7BF59345

    "

    BalasHapus